![]() |
Plt Camat Rogojampi Edy Basuki, S.E (Dok. Sastrawacana.id) |
Pemerintah Kecamatan Rogojampi terus menunjukkan komitmen serius dalam mendorong budaya literasi serta pelestarian warisan lokal melalui peluncuran program bertajuk Literasi Desa.
Program ini dilaksanakan atas kerja sama dengan Penerbit Lintang Banyuwangi dan media literasi online Sastrawacana.id, serta melibatkan para pegiat literasi dan budayawan.
Program Literasi Desa dirancang untuk mendorong setiap desa di wilayah Kecamatan Rogojampi menuliskan sejarah, kebudayaan, tradisi, tokoh penting, serta potensi yang dimiliki desanya.
Karya-karya tersebut nantinya akan dihimpun dan diterbitkan dalam bentuk buku antologi, yang tidak hanya menjadi dokumentasi penting, tetapi juga sumber inspirasi dan referensi bagi generasi muda dan masyarakat luas.
PLT Camat Rogojampi, Edy Basuki, SE, memberikan dukungan penuh terhadap program ini dan menyambut antusias partisipasi desa-desa yang akan terlibat dalam penulisan.
"Program ini merupakan inovasi untuk meningkatkan literasi yang ada di Kecamatan Rogojampi. Dengan ini, diharapkan agar masyarakat, khususnya generasi muda, lebih mengenal desanya sendiri," kata Edy.
Menurutnya, banyak potensi dan kekayaan budaya yang selama ini belum terdokumentasikan secara layak, sehingga rentan terlupakan.
Ia menegaskan bahwa dokumentasi dalam bentuk karya tulis merupakan bentuk pelestarian yang efektif dan abadi.
"Jika tidak diabadikan dalam sebuah karya, setiap potensi desa akan terkikis seiring waktu. Kita punya kekayaan sejarah dan budaya yang luar biasa, dan itu harus diwariskan dalam bentuk yang bisa dibaca dan dipelajari sepanjang zaman," tegasnya.
![]() |
Plt Camat Rogojampi Diskusi Program Literasi Desa dengan Tim (Dok. Sastrawacana.id) |
Sebagai contoh, Desa Kedaleman yang berada di wilayah Kecamatan Rogojampi dikenal memiliki beragam tradisi lokal yang khas dan menarik, seperti Ider Bumi, sebuah tradisi spiritual yang dilakukan sebagai bentuk permohonan keselamatan desa, serta Pencak Obor, pertunjukan seni bela diri yang dilakukan dengan nyala obor sebagai simbol semangat dan keberanian.
Tradisi-tradisi semacam ini merupakan warisan leluhur yang sarat makna dan menjadi bagian penting dari identitas masyarakat desa.
Namun, tanpa dokumentasi tertulis, nilai-nilai tersebut bisa saja hilang ditelan zaman, terlebih saat ini sudah memasuki era digital yang sangat padat informasi.
Dengan hadirnya program Literasi Desa, sejarah dan kekayaan budaya desa-desa akan terkuak dan tersaji dalam buku yang dapat dibaca oleh siapa saja, termasuk oleh generasi mendatang yang mungkin sudah tidak mengalami langsung masa-masa kejayaan tradisi tersebut.
Buku ini diharapkan menjadi rujukan penting, semacam ensiklopedia desa yang berisi kisah otentik tentang bagaimana sebuah komunitas tumbuh, berkembang, dan hidup dalam bingkai nilai-nilai lokalnya.
Kecamatan Rogojampi juga telah terlebih dahulu menunjukkan komitmennya terhadap gerakan literasi dengan membentuk sudut baca atau perpustakaan desa di setiap balai desa.
Berkat inisiatif ini, Kecamatan Rogojampi berhasil meraihJuara Harapan dalam lomba perpustakaan tingkat kabupaten, membuktikan bahwa upaya literasi di kawasan ini bukan hanya slogan semata.
Untuk mendukung implementasi program Literasi Desa, Kecamatan Rogojampi merangkul beberapa tokoh serta pegiat literasi di Banyuwangi, seperti Aguk Wahyu Nuryadi (budayawan yang juga pengurus Forum Banyuwangi Sehat), Maulana Affandi (pemimpin Redaksi Penerbit Lintang dan media online Sastrawacana.id), Yeti Chotimah (penulis sekaligus pemerhati budaya), Andi Budi Setiawan (sastrawan sekaligus ketua Kopiwangi), serta Heri Iskandar (penulis puisi dan pencipta lagu).
Semuanya akan menjadi pendamping desa dalam proses penulisan, dari pembekalan teknis, penyusunan naskah, hingga kurasi isi sebelum diterbitkan.
Aguk Wahyu Nuryadi yang akrab disapa Bung Aguk selaku koordinator tim menyambut baik program ini dan mengungkapkan optimismenya bahwa masyarakat desa mampu menghasilkan karya yang berkualitas.
![]() |
Bung Aguk, budayawan Banyuwangi (Dok. Sastrawacana.id) |
"Kami siap mendampingi desa-desa untuk menggali dan merangkai potensi lokal mereka dalam bentuk tulisan. Program ini luar biasa karena bukan hanya bicara literasi, tetapi juga tentang pelestarian budaya dan sejarah yang selama ini tersembunyi," ucap Bung Aguk.
Sementara itu, Maulana Affandi menekankan pentingnya menjadikan setiap desa sebagai subjek sejarahnya sendiri.
"Kami percaya bahwa setiap desa punya kisah. Ada narasi lokal yang layak ditulis, ada potensi yang perlu dipetakan, dan ada sejarah yang perlu diangkat ke permukaan. Melalui program ini, kami ingin membantu desa menyuarakan identitasnya sendiri," ujar Affandi.
Dalam waktu dekat, Kecamatan Rogojampi akan mengundang seluruh kepala desa dan sekretaris desa untuk menghadiri pertemuan awal sebagai langkah pembuka.
Pertemuan ini akan menjadi ajang perkenalan, pengarahan, dan penyusunan strategi pendampingan literasi desa yang sistematis dan terukur.
Program ini bukan hanya soal menulis, tetapi tentang membangun kesadaran kolektif bahwa desa adalah pusat pengetahuan yang autentik.
Ketika desa mampu menarasikan dirinya sendiri, maka pembangunan berbasis identitas lokal akan semakin kuat dan berkelanjutan.
Dengan semangat gotong royong dan kolaborasi yang kuat antara pemerintah, pegiat literasi, dan masyarakat, Literasi Desa diharapkan menjadi model inspiratif bagi kecamatan lain di Banyuwangi, bahkan di Indonesia dalam menanamkan budaya menulis dan mencintai sejarah sendiri.
Penulis: Maulana Affandi