Meski Novel Laku 80 Juta Eksemplar, Penulis Terlaris Harlan Coben Tetap Dihantui Rasa Keraguan

Harlan Coben, penulis cerita misteri dan thriller adalah salah satu penulis paling sukses saat ini.

Bukunya telah terjual lebih dari 80 juta kopi, diterbitkan dalam 46 bahasa.

Beberapa bukunya bahkan telah diadaptasi menjadi serial atau miniseri televisi, dengan dua lainnya masih dalam tahap pra-produksi.

Namun, dalam wawancara bersama Tom Power, Coben mengaku kerap dilanda keraguan diri.

Baca juga: Penulis Montreal, Julie Bouchard Menangkan Commonwealth Short Story Prize 2024

“Menurut saya, kalau keraguan itu hilang, kita bisa kehilangan semangat untuk berkarya,” ujarnya.

“Dilema yang menarik, karena di satu sisi, kita selalu merasa pekerjaan kita jelek. Dan kalau kita tidak merasa pekerjaan kita jelek, itu bahaya bagi penulis. Hanya penulis yang buruk yang merasa karyanya bagus. Saya kenal banyak penulis hebat, dan tidak ada satupun yang merasa diri mereka jago dan tidak pernah ragu.”

Setelah 34 tahun menerbitkan novel pertama, Coben mengaku sudah bisa menerima keraguan diri dan perasaan tidak kompeten (imposter syndrome) sebagai bagian dari proses kreatif.

“Hal ini terjadi setiap kali saya menulis buku,” katanya.

“Saya akan menulis dan berpikir, ‘Ya Tuhan, ini jelek sekali. Dulu karya saya bagus sekali. Apa yang terjadi?’ Lima menit kemudian, saya bisa berubah pikiran, ‘Buku yang saya tulis sekarang ini jenius! Buku-buku lama saya tidak bagus, dan kalau ada yang membaca buku lama saya, mereka tidak akan memberi kesempatan pada karya luar biasa ini!’ Pikiran seperti itu akan terus berputar-putar di kepala saya, berubah setiap lima menit. Menurut saya, kalau pemikiran kita sudah stabil, tidak naik turun seperti ini, mungkin itu tandanya kita mulai asal-asalan dalam berkarya.”

Jalan menuju kesuksesan Coben bukanlah jalan yang instan. Dia membangun basis pembaca setia sedikit demi sedikit, tahun demi tahun, buku demi buku, hingga akhirnya menjadi penulis terlaris yang karyanya laris manis.

Dia bercerita bahwa buku pertamanya yang masuk daftar bestseller New York Times justru adalah buku ke-10 miliknya.

Baca juga: Kevin Kwan: Kaya itu ‘Asap dan Cermin’, Novel Barunya Ungkap Sisi Kelam Orang Super Kaya

Kesuksesan yang diraih secara bertahap ini, jika dilihat ke belakang, justru disyukuri olehnya. Dia berpendapat bahwa banyak penulis yang meraih kesuksesan di awal karier justru kesulitan mempertahankannya.

“Ada penulis yang langsung masuk daftar bestseller dengan buku pertama mereka? Ya, tentu saja,” katanya kepada Power. “Tapi, saya kasihan pada mereka karena banyak yang tidak bisa mempertahankan pencapaian itu. Masuk daftar bestseller New York Times, atau mulai sukses sebagai penulis, bisa membuat Anda lupa diri. Itu sebabnya kita lihat banyak dari mereka yang tidak bisa mengulanginya.”

Coben menambahkan bahwa pendekatannya dalam berkarier adalah “ambisi bertahap.”

“Dulu, impian saya hanya sekadar menerbitkan buku,” ujarnya. “Tidak peduli apakah ada yang membelinya atau tidak. Saya hanya ingin berjalan melewati toko buku dan melihat buku saya terpajang. Lalu, impian saya berkembang menjadi, ‘Oke, dua buku. Supaya orang tahu ini bukan kebetulan.’ Biarkan saya punya dua buku terbit. Oke, bagaimana kalau saya bisa menghasilkan cukup uang agar tidak memalukan, jadi terlihat ini bukan sekadar hobi.”

Akhirnya, dia mengaku pernah memiliki target untuk mencapai puncak daftar bestseller – dan dia berhasil. Filosofi “ambisi bertahap” ini mungkin menjadi saran terbesarnya untuk calon novelis.

“Saya merekomendasikan ambisi bertahap ini. Jangan mudah patah semangat,” pesannya. “Kalau Anda menyukai apa yang Anda lakukan, dan Anda yakin Anda bisa melakukannya dengan baik, teruslah berkarya.”

Sumber: CBC

Previous Post Next Post