Rafah, sebuah kota di Gaza Selatan mengalami serangan udara yang tragis pada 26 Mei 2024.
Serangan tersebut menewaskan setidaknya 50 warga Palestina, termasuk banyak anak-anak, menurut laporan dari Al Jazeera.
Rafah sebelumnya dianggap sebagai kawasan yang relatif aman sehingga banyak warga Gaza berlindung di sana.
Namun, serangan udara yang diluncurkan oleh Israel telah membuat kota tersebut tidak lagi aman untuk tempat mengungsi.
Serangan ini merupakan bagian dari konflik yang lebih luas antara Israel dan kelompok militan di Gaza.
Benjamin Netanyahu, Perdana Menteri Israel, mengungkapkan bahwa serangan tersebut adalah bagian dari upaya untuk melenyapkan apa yang disebutnya sebagai benteng terakhir kelompok militan Hamas di Gaza.
Akibat serangan ini, banyak organisasi kemanusiaan dan aktivis internasional menyerukan perhatian dunia terhadap situasi di Rafah melalui kampanye “All Eyes On Rafah.”
Kampanye “All Eyes On Rafah” muncul di berbagai platform media sosial seperti Instagram, TikTok, dan X, dengan tujuan menarik perhatian internasional terhadap kekejaman yang terjadi di Rafah.
Tagar dan gambar yang terkait dengan seruan ini dibagikan secara luas oleh pengguna media sosial, menggema dari Eropa, Australia, hingga berbagai belahan dunia lainnya.
Seruan ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran global tentang kekejaman yang terjadi dan mendorong tindakan kemanusiaan untuk membantu warga yang terkena dampak.
Kondisi di Rafah menggambarkan penderitaan yang dialami oleh warga Palestina akibat konflik yang berkepanjangan di wilayah tersebut, serta pentingnya intervensi dan dukungan internasional untuk menghentikan kekerasan dan menyediakan bantuan bagi para korban.