Taman Cut Meutia, Wisata Budaya yang Kental Akan Nilai Sejarah

Taman Cut Meutia adalah wisata budaya yang berlokasi di Kebon Sirih, Kecamatan Menteng.

Di Taman Cut Meutia, pengunjung tak hanya dapat menikmati keindahan taman yang menyegarkan, tapi juga dapat melihat sisi budaya serta sejarahnya.

Sebab, tempat wisata di Menteng ini menjadi saksi bisu sejarah, khususnya perkembangan Jakarta sejak zaman kolonial.

Sejak zaman Belanda, Taman Cut Meutia sudah ada, namun saat itu belum terlalu dikenal.

Dulunya taman ini menjadi tempat berdirinya Monumen Van Heutsz, sebuah monumen penghargaan untuk petinggi militer Belanda yang bernama Johannes Benedictus van Heutsz.

Menurut dinaskebudayaan.jakarta.go.id, penghargaan tersebut diberikan oleh kolonial Belanda karena berhasil menaklukkan Aceh.

Namun, pendirian Monumen Van Heutsz sempat dikecam oleh Perkumpulan Pemuda Pelajar Indonesia dengan mengeluarkan pernyataan bahwa pendirian monumen tersebut bisa memperdalam luka di hati rakyat Indonesia.

Sebab, bagi rakyat Indonesia, sosok van Heutsz dikenal sebagai orang yang kejam karena sering bertindak represif kepada penduduk lokal Aceh.

Bisa dikatakan, van Heutsz adalah teror bagi masyarakat Aceh, tapi dianggap pahlawan oleh kolonial Belanda.

Maka tak heran jika para pemuda dengan keras menolak berdirinya monumen tersebut.

Monumen ini dirancang oleh arsitek Belanda Willem Marinus Dudok yang berkolaborasi dengan pematung Hendrik van den Eynde.

Kemudian pada masa pendudukan Jepang, Monumen Van Heutsz dirusak oleh tentara Dai Nippon.

Hingga pada akhirnya pada tahun 1953 monumen dihancurkan atas perintah Presiden Soekarno. Setelahnya, lahan dimana monumen pernah berdiri, kini menjadi Taman Cut Meutia.

Lokasi Taman Cut Meutia

Secara administrasi, Taman Cut Meutia berada di Kebon Sirih, Kecamatan Menteng, tak jauh dari Stasiun Gondangdia dan halte bus Transjakarta.

Di taman ini suasananya sejuk, cocok untuk melepas penat di siang hari. Tepat di sebelahnya terdapat masjid dengan nama yang sama, sehingga bisa bersantai sekaligus beribadah.

Author: Maulana Affandi

Previous Post Next Post