Kevin Kwan, penulis novel yang terkenal dengan cerita tentang orang kaya, kembali dengan perspektif baru. Dalam novel terbarunya, “Lies and Weddings”, kekayaan ternyata hanya “asap dan cermin”.
Sejak novel debutnya “Crazy Rich Asians” terbit pada 2013, penulis keturunan Singapura-Amerika ini selalu menggali pengalaman pribadinya berinteraksi dengan para jet-setter, kaum 1% terkaya di dunia.
Ia menuangkan pengalaman tersebut ke dalam satire yang menggelitik sekaligus tragis tentang kehidupan orang super kaya.
“Orang kaya, kalau dibiarkan seenaknya, bisa ngomong hal-hal yang keterlaluan. Dan itulah yang saya lakukan. Saya menguping pembicaraan mereka, lalu memasukkannya ke dalam novel,” kata Kwan kepada pembawa acara As It Happens, Nil Köksal.
Novel terbarunya, “Lies and Weddings”, menceritakan serangkaian pesta pernikahan mewah di berbagai destinasi wisata – latar yang sempurna untuk menuangkan materi juicy bagi penulis seperti Kwan.
“Kayaknya setelah buku ini terbit, nggak ada lagi yang mau mengundang saya ke pesta mereka,” ujarnya sambil terkekeh.
Baca juga: Finalis dan Pemenang CBC Poetry Prize Terbitkan Buku Baru di 2024
Tragedi Kekayaan Berlimpah
Kwan lahir di Singapura dari keluarga mapan dan kaya raya. Ia kemudian pindah ke Texas saat berusia 11 tahun. Saat itulah ia pertama kali merasakan bagaimana menjadi orang luar.
“Ya, gimana nggak? Keberadaanmu sendiri sudah berbeda dari kebanyakan orang,” katanya.
Di Amerika Serikat, Kwan menjalani kehidupan yang lebih sederhana dibanding keluarganya di Singapura – misalnya, ia bersekolah di sekolah negeri.
Namun, ia memanfaatkan latar belakang keluarganya saat menulis “Crazy Rich Asians”, buku yang kemudian diadaptasi menjadi film box office dan kini sedang dikembangkan menjadi drama Broadway.
“Setelah meninggalkan Singapura dan tidak kembali selama bertahun-tahun, jarak itu membuat saya bisa melihat dunia tersebut dengan lebih jernih. Dunia itu seperti mengkristal dalam benak saya,” ungkapnya.
“Menurut saya, kamu harus berada di luar gelembung itu untuk bisa melihat ke dalamnya,” lanjutnya.
Sejak saat itu, Kwan mengaku tetap hidup di pinggiran dunia orang kaya – tidak sepenuhnya menjadi bagian dari mereka, tapi sering mengamati tingkah laku mereka.
“Sesekali saya diundang untuk mengintip. Tapi kehidupan sehari-hari saya tidak melibatkan jet pribadi, pesta pernikahan di berbagai tempat eksotis, atau makanan bintang lima.
Dan sejujurnya, saya tidak menginginkannya,” katanya. “Itu bukan gaya hidup saya.”
Lebih lanjut, Kwan mengatakan bahwa menjadi kaya raya bukanlah dongeng seperti yang dikira orang.
“Orang-orang yang saya kenal, yang kuat, kaya, atau berpengaruh, mereka tidak pernah bahagia,” ujarnya. “Kita bisa melihat tragedi yang ditimbulkan oleh terlalu banyak uang.”
Menurutnya, menjadi miliarder bisa “membengkokkan realitas.”
“Mereka pikir bisa mengubah realitas. Mereka pikir bisa hidup abadi. Mereka pikir bisa membeli semua orang,” katanya. “Tapi kenyataannya, itu tidak bisa.”
Tidak Seglamor yang Ditampilkan di Instagram
Penampilan bisa menipu, dalam banyak hal.
“Seringkali, kekayaan mereka tidak sebesar yang kita kira, itu semua hanya asap dan cermin,” kata Kwan.
“Mereka sedang mengelabui orang lain untuk, ya, menjaga harga saham tetap tinggi. Tapi di balik itu semua, mereka sedang pontang-panting. Perusahaan terlilit hutang, kekayaan tergadaikan. Mereka selalu menunggu keuntungan berikutnya.”
Inilah inti cerita “Lies and Weddings”, menurut Kwan.
Novel ini mengisahkan Rufus Leung Gresham, calon Duke of Greshambury dan pewaris Gresham Trust yang legendaris.
Keluarganya dikenal dengan citra kaya raya dan berpengaruh, dan mereka memperkuat citra tersebut melalui sampul majalah dan story Instagram yang menampilkan gaya hidup mewah dan dekaden.
Namun pada kenyataannya, uang mereka sudah lama habis, dan Gresham akan mewarisi segunung hutang.
Maka, ia menghadiri pesta pernikahan mewah dengan para tamu elite, dengan tujuan mencari wanita kaya untuk dirayu dan dinikahi demi menyelamatkan kekayaan dan status keluarganya.
Namun, dalam semua bukunya, Kwan selalu berusaha memasukkan karakter ‘Trojan Horse’ – orang biasa yang terpapar dunia orang kaya. Ini menjadi pintu masuk cerita bagi pembaca sekaligus berfungsi sebagai semacam kompas moral.
Dalam “Crazy Rich Asians”, karakter tersebut adalah Rachel Chu, sang protagonis, seorang profesor kelas menengah yang suaminya berasal dari keluarga kaya raya di Singapura.
Di “Lies and Weddings”, karakter itu adalah Eden Tong, seorang dokter yang bekerja untuk sistem kesehatan publik Inggris dan merupakan cinta sejati Gresham.
“Selalu ada orang luar yang tidak punya uang yang melihat dan menilai kehidupan ini,” kata Kwan.
Sumber: CBC