Keluarga taruna Sekolah Tinggi Ilmu Pelayaran (STIP) Marunda Jakarta Utara berinisial P (19) yang tewas akibat dugaan penganiayaan oleh senior mengungkapkan niatnya untuk menuntut pertanggungjawaban pihak kampus atas kejadian tragis ini.
Paman korban, Nyoman Budi Arto, menyatakan bahwa mereka akan mengejar keadilan dan meminta agar pihak kampus bertanggung jawab atas kejadian yang menyebabkan kehilangan nyawa di keluarganya.
Ia juga menegaskan keinginannya untuk melihat pelaku mendapat hukuman yang setimpal dengan perbuatannya.
Baca juga: CEO Amazon Dituduh Langgar UU Ketenagakerjaan Karena Melarang Serikat Pekerja
“Saya mau tuntut yang memukul itu sama pihak sekolah, anak saya sehat-sehat saja tiba-tiba meninggal dunia,” ujarnya, dikutip dari Antara, (4/5/2024).
Nyoman menambahkan bahwa ia akan memperjuangkan hak anaknya yang menjadi korban.
Pihak STIP telah menghubunginya pada Jumat pagi untuk memberitahu tentang kematian P, yang merupakan anak sulung dari tiga bersaudara yang menjadi taruna di sekolah di bawah Kementerian Perhubungan.
Informasi yang diterima Nyoman mengindikasikan bahwa anaknya dibawa ke toilet dan diserang oleh sejumlah senior. Meskipun demikian, alasan di balik serangan tersebut tidak jelas.
“Iya dihajar tapi tidak jelas apa sebabnya sampai korban dihajar,” ungkapnya.
Nyoman menegaskan bahwa ini adalah pertama kalinya kejadian semacam ini terjadi dan ia memperhatikan adanya luka memar di dada keponakannya ketika melihat jasadnya.
Sebelumnya, Ketua STIP, Ahmad Wahid, telah menyatakan bahwa budaya kekerasan atau perpeloncoan senior terhadap junior telah dihapuskan di kampus tersebut.
“Tidak ada budaya perpeloncoan di kampus ini dan itu penyakit turun temurun yang sudah dihilangkan,” ujar Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Pelayaran Ahmad Wahid di Jakarta, Jumat.
Wahid menegaskan bahwa tidak ada budaya semacam itu selama satu tahun terakhir di kampus tersebut dan bahwa kejadian tersebut terjadi di luar kendalinya karena bukan bagian dari program kampus.
Sumber: Antara