Isabelle Turner, siswi kelas 11 di Orillia Secondary School (OSS), mengaku telah dibully oleh teman-teman sekelasnya sampai ia tidak bisa lagi masuk kelas.
Dikutip dari Barrie Today, Turner mengatakan bahwa ia menjadi korban bullying sejak tahun lalu setelah ia menolak ajakan pacaran dari seorang teman sekelas perempuan.
“Dia menyatakan perasaannya kepada saya pada bulan Oktober tahun lalu,” jelas Turner.
“Saya katakan padanya bahwa saya tidak memiliki perasaan yang sama, dan dia tidak terima.”
Baca juga: Penyelidikan Postingan Instagram yang Melecehkan Siswi di Gold Coast Sedang Dilakukan
Siswa yang ditolak tersebut diduga mulai menyebarkan rumor tentang Turner yang tertarik secara seksual kepada anak di bawah umur dan tidak memiliki sosok ayah dalam hidupnya.
Tahun ini, dua siswa lain ikut terlibat dalam aksi bullying tersebut.
“Saya meminta mereka untuk berhenti mengolok-olok saya karena saya tidak punya ayah,” jelas Turner.
“Saya juga meminta mereka untuk berhenti memanggil saya autis dan gay padahal saya bukan keduanya.”
Pada bulan Februari, Turner memindahkan lokernya dan mengubah rutinitasnya untuk menghindari bullying.
Namun, para pelaku bullying justru semakin menjadi-jadi, dengan menunggunya di luar kelas untuk melecehkannya.
“Mereka akan mengikuti saya ke halte bus sambil menunjuk dan menertawakan saya,” katanya.
“Mereka juga akan berdiri di depan loker saya di pagi hari.”
Turner mengatakan para pelaku bullying berhasil dalam menyebarkan rumor. Ia mengaku tidak lagi memiliki teman dan tidak ada siswa lain yang mau berbicara dengannya.
Baca juga: Ford Diserang Kritik Usai Sebut Imigran Pelaku Penembakan Sekolah Yahudi
“Dengan banyaknya perkelahian yang terjadi di sekolah saya baru-baru ini, saya khawatir mereka akan mencoba melukai saya,” ujarnya.
Bullying ini berlanjut di luar sekolah. Turner mengatakan ia menerima “komentar-komentar mengerikan” di saluran YouTube dan akun media sosialnya.
Turner mengatakan bahwa permintaan bantuannya kepada kepala sekolah tidak membuahkan hasil.
“Sepertinya tidak peduli berapa kali saya melapor, mereka tidak akan melakukan apapun selain berbicara dengan para pelaku,” katanya.
“Situasinya malah semakin memburuk.”
Turner telah melaporkan masalah ini ke polisi, tetapi mereka mengatakan tidak bisa melakukan apapun sampai bullying tersebut menjadi kekerasan fisik.
Turner percaya bahwa situasinya hanyalah sebagian kecil dari masalah yang lebih besar. Ia yakin bullying di OSS sudah di luar kendali.
“Sekelompok anak akan menyudutkan satu anak di kamar mandi dan mulai memukulinya sementara yang lain menonton dan merekamnya,” jelasnya.
“Ada perkelahian di tempat parkir yang melibatkan anak-anak dari sekolah lain.”
Karena takut akan keselamatannya, Turner memutuskan untuk menyelesaikan tahun ajaran dari rumah dengan mengerjakan tugas secara online. Ia berharap bisa pindah ke sekolah lain pada bulan September.
“Saya ingin menyelesaikan SMA saya di OSS,” kata Turner.
“Sebelum semua ini dimulai, saya punya teman dan kenal banyak anak baik. Saya berharap bisa lulus bersama mereka, tapi sekarang tidak ada yang mau bicara dengan saya.”
Turner mengatakan ia tidak lagi merasa aman di sekolah karena laporannya diabaikan berkali-kali. Inilah alasannya ia menolak untuk kembali belajar di kelas.
Baca juga: OpenAI Luncurkan ChatGPT Edu: Revolusi Kecerdasan Buatan dalam Dunia Pendidikan
“Saya sudah menjelaskan situasinya, dan mereka tampaknya tidak peduli,” katanya.
“Mereka lebih mementingkan saya hadir di sekolah daripada saya merasa aman di sekolah.”
Sebagai upaya melindungi siswa, Sarah Kekewich, manajer komunikasi untuk Simcoe County District School Board (SCDSB), mengatakan bahwa ia tidak bisa berkomentar tentang insiden perorangan.
“Namun, SCDSB berkomitmen untuk menjaga lingkungan sekolah yang aman, ramah, dan mendukung, dan mengakui bahwa semua siswa memiliki hak untuk aman dan merasa aman di komunitas sekolah mereka,” katanya dalam pernyataan tertulis kepada OrilliaMatters.
“Segala tuduhan bullying ditangani dengan sangat serius dengan tindakan segera.”
Kekewich mengatakan siswa didorong untuk berbicara dengan kepala sekolah mereka atau orang dewasa yang peduli lainnya di dalam sekolah jika mereka memiliki keluhan.
“Bullying tidak ditoleransi di lingkungan sekolah, kegiatan terkait sekolah, di bus sekolah, atau dalam keadaan lain apa pun yang dapat memengaruhi moral sekolah, termasuk online dan melalui bentuk teknologi lainnya,” katanya.
“Staf, siswa, dan orang tua bekerja sama untuk menerapkan rencana pencegahan dan intervensi bullying di sekolah mereka.”
Kekewich mengatakan sekolah menggunakan pendekatan disiplin progresif dan dapat menggunakan berbagai intervensi, dukungan, dan konsekuensi ketika perilaku bullying terjadi, dengan fokus pada perbaikan perilaku.
“Strategi dan dukungan untuk siswa ditentukan berdasarkan kasus per kasus,” pungkasnya.
Sumber: barrietoday