Secara umum, bunyi dapat didefinisikan sebagai energi yang merambat dalam bentuk gelombang longitudinal, yaitu gelombang yang arah getarannya searah dengan arah rambatnya.
Dalam definisi lain, bunyi adalah getaran yang merambat melalui medium, seperti udara, air, atau benda padat
Bunyi dapat dihasilkan oleh benda yang bergetar, seperti benda yang dipukul, dipetik, atau digetarkan.
Bunyi dapat bervariasi dari yang keras hingga yang pelan, tergantung pada berbagai faktor fisik dan lingkungan.
Mengapa Ada Bunyi Keras dan Pelan?
Berikut ini adalah beberapa alasan mengapa ada bunyi keras dan pelan.
1. Amplitudo Gelombang Bunyi
Amplitudo adalah salah satu faktor utama yang memengaruhi seberapa keras atau pelan sebuah bunyi.
Amplitudo adalah tingkat getaran partikel dalam gelombang bunyi. Semakin besar amplitudo, semakin keras bunyinya. Sebaliknya, semakin kecil amplitudo, semakin pelan bunyinya.
Misalnya, ketika kita berbicara dengan suara yang keras, pita suara bergetar dengan amplitudo yang besar, menghasilkan bunyi yang keras.
Sebaliknya, ketika berbicara dengan suara pelan, amplitudo getaran pita suara lebih kecil, menghasilkan bunyi yang lebih lemah.
2. Frekuensi Gelombang Bunyi
Selain amplitudo, frekuensi juga menentukan seberapa keras atau pelan sebuah bunyi.
Frekuensi adalah jumlah getaran per detik dalam gelombang bunyi. Semakin tinggi frekuensi, semakin keras bunyinya.
Bunyi-bunyi dengan frekuensi tinggi, seperti suara siulan atau dering telepon cenderung terdengar lebih keras daripada bunyi-bunyi dengan frekuensi rendah, seperti suara gemuruh.
Hal tersebut karena frekuensi tinggi menghasilkan getaran yang lebih cepat, yang kemudian diinterpretasikan oleh telinga kita sebagai bunyi yang keras.
3. Sumber Bunyi
Sumber bunyi juga memengaruhi tingkat kekerasan atau kelembutan bunyi.
Sumber bunyi yang menghasilkan getaran kuat akan menghasilkan bunyi yang keras. Sebaliknya, sumber bunyi yang menghasilkan getaran lemah akan menghasilkan bunyi yang lemah.
4. Jarak dari Sumber Bunyi
Jarak antara pendengar dan sumber bunyi juga memengaruhi seberapa keras atau pelan bunyi yang terdengar.
Semakin dekat kita dengan sumber bunyi, semakin keras bunyinya terdengar. Sebaliknya, semakin jauh kita dari sumber bunyi, semakin pelan bunyinya terdengar.
Prinsip ini merupakan dasar perambatan bunyi. Ketika bunyi merambat melalui udara, maka akan melemah seiring dengan jarak yang ditempuhnya.
Oleh karena itu, bunyi yang dihasilkan oleh sumber yang sama akan terdengar lebih keras jika kita berada dekat dengan sumber tersebut dan lebih lemah jika kita berada jauh.
5. Medium Perambatan Bunyi
Jenis medium atau bahan yang digunakan untuk merambatkan bunyi juga memengaruhi seberapa keras atau pelan bunyi yang terdengar.
Bunyi merambat lebih cepat dan lebih keras melalui medium yang padat daripada melalui medium yang gas atau cair.
Misalnya, bunyi akan terdengar lebih keras di dalam air daripada di udara karena air lebih padat daripada udara.
Di sisi lain, bunyi akan terdengar lebih lemah di udara di atmosfer yang tipis, seperti di ketinggian tinggi, karena udara di sana lebih tipis.
6. Gangguan dan Interferensi
Ketika dua sumber bunyi saling mempengaruhi satu sama lain, fenomena yang disebut interferensi bunyi terjadi.
Interferensi bunyi dapat menghasilkan bunyi yang lebih keras atau lebih lemah tergantung pada apakah gelombang bunyi saling memperkuat atau membatalkan satu sama lain.
Misalnya, ketika dua pita suara saling mendukung dengan fase yang sama (berada dalam fase), maka bisa menghasilkan bunyi yang lebih keras melalui interferensi.
Sebaliknya, jika dua pita suara berada dalam fase yang berlawanan, maka bisa membatalkan satu sama lain dan menghasilkan bunyi yang lebih lemah.
Itulah alasan mengapa ada bunyi keras dan pelan. Semoga bermanfaat!